Hari Guru Nasional
Nama : Heidy Alifia Putri
kelas : XII IPS 2
“bling bling” bunyi yang khas setiap paginya ku dengar dari jam weker mungil kepunyaanku yang ntah kenapa pagi ini berbunyi seperti layaknya peribahasa yang menyatakan “hidup segan mati tak mau” alias baterai weker ku hamper habis.
Perlahan ku buka kelopak mataku yang melawan kantuk. “selamat pagi anak ibu yang paling cantik, sudah waktunya bangun” terdengar ucapan selamat pagi dari wanita paru baya yang tak lain dan tak bukan dia ibu ku tersayang. “Sarapan pagi ini nasi dengan tahu goring ya nak” kataibu yang menyuruhku sarapan pagi.
Ku lirik jam yang berada di dinding samping foto almarhum ayah, menunjukkan pukul 06.15wib. “sudah waktunya kita berangkat, nanti kamu terlambat sekolah” ucap ibu sambil memegang tas sekolahku.
Bang Ando supir bajaj langganan ku sudah menunggu, “ayo neng, naik” katanya sembari membuka pintu bajaj. Seperti biasa, setiap paginya kota kelahiranku Banjarmasin, Kalimantan Selatan sudah ramai yang dimana sebagian besar penduduknya hendak berangkat ke kantor.
Aku Freya Putri seorang siswi Budi Luhur yang duduk dikelas 12 IPS. Aku anak tunggal dari Ibuku, Alifia dan Ayahku, Danny yang kini sudah almarhum. Sekarang aku tinggal bersama Ibu yang dengan penuh kasih sayang dan kesabarannya merawatku, yang berprofesi sebagai penjahit.
“Pelan-pelan neng” kata Bang Ais sambil menurunkan tongkatku dari atas bajaj nya. Aku mempunyai kaki yang tidak berfungsi dengan baik di karenakan kecelakaan yang menimpa ku 2tahun silam.
Ku masuki gerbang sekolah dengan hati-hati agar tidak terjatuh. “Selamat pagi Freya, mari ku bantu membawakan tasmu” terdengar suara dari belakangku, yaitu Hana teman sebangku ku.
Ku lihat Bu Dina memasuki gerbang sekolah di temani sepedanya yang setia dikendarainya. Hari ini tepat tanggal 25 November 2020 dimana diperingatinya Hari Guru Nasional se-Indonesia. Banyak murid-murid SMA Budi Luhur yang terlihat bergantian berjabat tangan dengannya sambil memberikan bingkisan kado.
Bu Dina seorang guru disekolahku. Bu Dina orang yang baik, lemah lembut, dan mempunyai paras yang cantik.
Ku lihat banyak sekali kado-kado yang dipegang Bu Dina pemberian dari teman-temanku. Sebenarnya aku juga ingin sekali mengucapkan selamat hari guru dan memberikan kado untuknya. Namun aku tak seberuntung teman-temanku yang lain, yang bisa membelikan Bu Dina kado, jajan saja aku tak punya.
“selamat pagi Freya” sapaan selamat pagi dari guru favoritku siapa lagi kalau bukan Bu Dina. “selamat pagi juga bu guru” ku balas sapaannya sembari memberikan senyuman terbaik ku di pagi nan cerah ini. Setelah ia melintas jauh dari hadapanku, ntah kenapa sedih rasanya kenapa aku tidak bisa memberikan kado untuknya seperti yang diberikan teman-temanku.
Ku ambil lembaran buku tulisku, ku genggam pensil biruku, dan menyentukannya ke lembaran buku ku. Dengan keterbatasan ku yang selain kaki ku tidak berfungsi baik, dan tangan kananku yang sejak lahir aku hanya di berikan Tuhan 3jari yaitu, jari telujuk, jempol, dan kelingking, dangan kata lain aku menderita penyakit polio.
Aku hanya bisa menuliskan sepucuk coretan kecilku. Ku lipat rapi selembar kertas yang baru saja ku tuliskan. Dengan pelan dan pasti aku menuju ruangan Bu Dina, tak ku lihat ada sosoknya di ruangan ini, hanya ada kado-kado yang terletak di atas mejanya.
Ku letakkan lipatan kertas ini di atas mejanya yang berisikan coretan kecilku :
“Terimakasih untuk perhatianmu,
Terimakasih untuk kepedulianmu,
Terimakasih untuk kesabaranmu mengajariku menulis, membaca, menggambar dan berhitung.
Selamat Ulangtahun Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”
Comments
Post a Comment